Waspadai, Beberapa Penyakit Yang Ditularkan dari Hewan Kesayangan

Memelihara anjing atau kucing merupakan sesuatu yang menyenangkan, terlebih lagi merawat anjing atau kucing dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi psikologis sesorang. Saat ini memelihara hewan kesayangan membuat kita harus saling berbagi lingkungan dan tempat tinggal dengan hewan peliharaan kita. Sering berbagi, menuntut kita untuk semakin intens berkontak langsung dengan hewan peliharaan. Salah satu yang juga bisa “dibagi” yaitu agen penyakit, karena penyakit tidak mengenal daerah dan beberapa juga tidak mengenal spesies, bisa menular dari hewan ke manusia. Berikut beberapa penyakit yang bisa ditularkan anjing ataupun kucing ke manusia :

 

Rabies

Rasanya sudah tidak asing lagi mendengar kata rabies, biasanya masyarakat mengenal penyakit ini dengan sebutan “Anjing Gila”. Penyebab penyakit ini adalah virus yang tergolong dalam Lyssa virus dan famili Rhabdoviridae. Penularan rabies melalui gigitan dan air liur hewan penular rabies (tidak hanya anjing, tapi bisa juga kucing, musang, monyet). Pada hewan penderita penyakit ini biasanya ditemukan virus dengan konsentrasi tinggi pada air Iiurnya, oleh sebab itu penularan penyakit pada umumnya melalui suatu gigitan. Kejadian penyakit rabies pada hewan maupun manusia hampir selalu diakhiri dengan kematian sehingga akibatnya penyakit ini menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat. Infeksi pada hewan anjing dan kucing ditandai dengan mencari tempat yang dingin, hydrophobia diikuti dengan sikap curiga dan menyerang apa saja yang ada di sekitarnya. Pencegahan penyakit ini dengan cara anjing atau kucing mulai divaksinasi pada umur 8 minggu.

 

Toxoplasmosis

Toxoplasmosis mungkin sangat familiar terutama dikalangan ibu hamil, maupun para pecinta kucing. Toxoplasmosis disebabkan oleh protozoa Toxoplasma, yang inang atau hewan perantaranya adalah bangsa kucing. Toxoplasma bisa menginfeksi setelah keluar dari tubuh yaitu di pada feses kucing (fase ookista infektif) yang mengkontaminasi tanah. Faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain kebiasaan makan sayuran mentah dan buah-buahan yang dicuci kurang bersih, kebiasaan makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga membuka jalan terjadinya kontaminasi ookista.

Gejala klinis toxoplasmosis pada manusia bersifat non spesifik atau sering kali tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas. Gejala yang muncul merupakan gejala umum biasa, antara lain demam, pembesaran kelenjar limfe di leher bagian belakang. Apabila infeksi mengenai susunan syaraf pusat maka akan menyebabkan encephalitis (toxoplasma ceebralis akut). Namun jika menyerang wanita yang sedang hamil bisa juga menyebabkan keguguran, maupun kelainan pada janin. Untuk pria, jika infeksi berlangsung kronis bisa juga menyebabkan kemandulan. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara : menjaga higiene dan sanitasi baik bagian tubuh setelah berkontak dengan kucing ataupun makanan yang akan dikonsumsi, pup atau kotoran kucing selalu diberishkan setiap hari, wanita hamil ebaiknya menggunakan sarung tangan saat membersihkan kotoran kucing, atau jika memang ada anggota keluarga lain yang bisa membantu, sangat disarankan untuk menyerahkan tugas ini ke anggota keluarga lainnya, dan selalu berikan kucing makanan yang matang, jika memang kucing maupun anjing nya diberikan makanan mentah (rawfood) pastikan sumbernya jelas, berkualitas, dan teknik pengolahannya benar.

 

Ringworm dan Scabies

Ringworm adalah penyakit yang disebabkan oleh kapang dermatofit (jamur) yang menyerang bagian kutan/kulit. Penyakit ini ini dapat menular antar sesama hewan, dan antara manusia dengan hewan dan hewan kemanusia. Pada anjing/kucing perubahan yang tampak pada kulit berupa lingkaran atau cincin dengan batas jelas dan umumnya dijumpai di daerah leher, muka terutama sekitar mulut, pada kaki dan perut bagian bawah. Selanjutnya terjadi keropeng, lepuh dan kerak, dan dibagian keropeng biasanya bagian tengahnya kurang aktif, sedangkan pertumbuhan aktif terdapat pada bulu berupa kekusutan, rapuh dan akhirnya patah, ditemukan pula kegatalan.

Scabies atau kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei dan bersifat zoonosis. Tungau merupakan arthropoda yang masuk dalam kelas Arachnida, sub kelas Acarina, ordo astigmata, dan famili SarcoptidaeTungau menyerang dengan cara menginfestasi kulit inangnya dan bergerak membuat terowongan di bawah lapisan kulit sehingga menyebabkan gatal, kerontokan rambut, dan kerusakan kulit. Penularan scabies terjadi secara kontak, baik antar hewan piaraan, maupun antara hewan piaraan dan hewan liar yang menderita scabies. Gejala klinis scabies biasanya kulit akan kemerahan (erithema), kemudian akan berlanjut dengan terbentuknya benjolan (papula, vesikula ) dan akhimya terjadi peradangan yang diikuti oleh pembentukan eksudat karena adanya iritasi. Hewan penderita tampak gelisah karena rasa gatal, menggaruk atau menggesek tubuhnya sehingga terjadi luka dan perdarahan. Eksudat mengendap pada permukaan kulit dan terbentuk keropeng atau kerak. Proses selanjutnya akan terjadi penebalan kulit dan pengkeriputan. Perubahan ini akan mengakibatkan kerontokan bulu yang pada seluruh permukaan tubuh.

 

Penulis : drh. Alfarisa Nururrozi, M.Sc

Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam,

Fakultas Kedokteran Hewan UGM

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.